Depan Rumah


Aku duduk di kursi belajar menatap jendela. Ah, bukan kacanya—pelataran kebun depan rumah dan padi-padi runduk disiram pancaran binar matahari serta kemilau refleksi jalan aspal seperti fatamorgana. Angin sore mengaliri raga yang menjerit panas sejak waktu menuju siang tadi. Sejuk dan ringan—berbeda dengan angin malam yang dingin dan berat.

Aku lihat cacing terkulai beralas lantai keramik di antara jeda pot-pot tanah liat milik Ibu. Dikerubungi semut-semut berebut mengunyah si cacing. Ia ringkih, meliuk-liuk pendek perlahan berhenti. Sepertinya lelah menyangkal maut yang memakan dan mengunyah jiwanya, tak beda dengan semut-semut yang masih berebut mengunyah dirinya itu.

Tidak jauh, seekor lintah mati di samping beranda rumah. Oh, itu lintah tadi pagi saat pasang netraku tak sengaja merekamnya meliuk-liuk menuju lantai beranda. Aku masuk ke dapur lalu keluar menabur garam bagai salju (lebih tepatnya bola salju). Gerakannya melambat seiring aku menabur lebih banyak, dan berakhir ia sama seperti cacing ringkih yang masih dikerubungi.

Aku jadi ingat. Sepulang sekolah, sering tidak ada yang menunggu (hanya bibi membantu jaga rumah). Sekian lama, ada entitas menungguku pulang. Ia mendesis halo kala telapak kaki memijak halaman depan, tak lupa melambai lembut kepala kecilnya. Sungguh aku terharu, sebab ada yang menunggu dan menyapaku saat kembali dari sekolah.

Sekeliling rumahku adalah sawah, beratap Joglo dan memanjang. Di belakangnya ada rumah kakek berwarna putih. Di samping kanan rumah berdiri kukuh masjid besar dominan hijau. Tetangga-tetangga tinggal di jalan pada gang hijau pertama, sementara aku tinggal di pojok dekat parkiran pada gang hijau kedua.

Sekian lama memandang kebun, sawah, dan awan-awan tipis di angkasa, sebuah ide menyelinap cepat dalam benak. Di mana ada seorang lelaki pendiam menyukai perempuan pendiam, namun si lelaki adalah siluman alien. Ah, ide bagus! Aku bisa membuat animasi dengan kerangka ini. Segera kualihkan pandang menuju laptop di meja dan menggambar apa yang kupikirkan. Pasti ini akan menjadi cerita yang menarik.


a/n : selamat ulang tahun! Semoga panjang umur dan sehat selalu : – D

18 tanggapan untuk “Depan Rumah”

  1. kerenn😭👍🏻💗

    Disukai oleh 1 orang

    1. WAH MAKASI BANYAK² MANG DAH MAMPIR T_T saya terhura :”D

      Suka

      1. same” bang semangat berkarya yes👍🏻

        Disukai oleh 1 orang

      2. Makasi banyak mang, mamang juga gambarnya 😀

        Suka

  2. hm buat siapa nih XD

    Disukai oleh 1 orang

    1. Teman ka ihihi :>

      Suka

  3. aku suka banget kalau taburin garam ke cacing :”D geli juga tapi :”

    Disukai oleh 1 orang

    1. Wah, kenapa geli ka?

      Suka

      1. karena dia lembab terus jorok (?)

        Disukai oleh 1 orang

      2. Ah, rei paham. tapi cacing kadang lucu ka, empuk gitu :”)

        Suka

      3. ih enggak .. lembek ..

        Disukai oleh 1 orang

  4. ah aku jadi ingat rumah nenek :”)

    Disukai oleh 1 orang

    1. rumah nenek itu nostalgia ya ka :”D

      Suka

      1. benar ;”) jadi kangen

        Disukai oleh 1 orang

  5. aku mau bertemu sama siluman alien itu XD

    Disukai oleh 1 orang

    1. Wah, silumannya sedang di luar angkasa ka :>

      Suka

      1. ayo ke luar angkasa!!

        Disukai oleh 1 orang

      2. he, tapi rei tidak punya roket 😦 minta ke NASA boleh kali ya hihi :>

        Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai