Aku tidak suka ketidakpahaman.
Kenapa, kau tanya? Aku tidak suka, sebab aku tidak paham maksudnya, tidak paham perbincangan, duduk diam tidak mengerti sedikitpun.
Aku tidak paham kenapa orang dewasa membicarakan warisan, bagaimana cara pembagiannya, pun bagian yang didapat. Aku tidak paham kenapa kakekku harus berulang kali pergi ke kantor kepengurusan tanah, hanya untuk pembagian tanah dengan pohon sengon tumbuh serta rumput-rumput liar panjang yang sering menggelitiki kakiku hingga bercak kemerahan. Aku tidak paham kenapa saudara-saudara kakek mempermasalahkan bagian yang didapat, padahal semua saudara kakek dibagi sama rata.
Aku tidak paham apa yang orang dewasa bicarakan—tentang pekerjaan, biaya listrik, tabungan uang, hutang, jadwal, dan janji.
Aku tidak paham kenapa seseorang bisa menyukai orang lain sampai tahu seluk beluk dan kegiatannya. Aku punya artis, band, dan karakter kesukaan, namun hanya menyukai saja. Tidak mencari tahu sedalam orang lain lakukan. Kadang aku heran, kenapa orang bisa hapal nama lengkap, tanggal lahir, kesukaan, dan apapun tentang idola mereka. Aku hanya ingat semasa, lalu lupa.
Aku tidak paham kenapa seseorang bisa punya dedikasi tinggi terhadap sesuatu, sementara aku selalu berganti. Aku tetap fokus, namun terbagi. Sebab pikirku, “Sepertinya kegiatan itu menarik,” saat aku fokus pada sesuatu.
Tolong, aku tidak paham.
Aku selalu berpikir, bahwa saat dewasa nanti aku akan paham semuanya—semuanya yang tidak aku pahami ketika muda.
Mungkin sebaiknya aku perlahan memahami, atau biarkan penasaran dan ketidakpahaman perlahan padam?
(Sebenarnya akan semakin berkobar jika dibiarkan).
a/n : ingin jadi Squidward :”
Tinggalkan komentar