Fanfiksi

  • おかえり

    Hal pertama yang kamu lihat adalah himpun ilalang tinggi melambai-lambai ditiup angin serta pohon-pohon berdiri gagah. Jauh di sana, pegunungan toska berbayang navy terpampang. Kamu termangu, jongkok menjadi bunglon di antara ilalang hijau muda. Pucuknya menggelitik lengan atasmu yang telanjang. Ujung jemari dijalari hangat tanah di bawah luapan sorot matahari, dan gambar acak dimuntahkan dari…

  • Siang

    Kamar paling ujung dekat ruang tamu remang-remang, kata paman baunya sengak. Namun, aku tidak merasa demikian. Tidak cerah seperti kamar lain. Kasurnya lebar sekali, menyediakan spasi sesuai lebar pintu terbuka. Di samping adalah kamar mandi. Ada jendela besar dilengkapi tralis biru muda jadi jalur satu-satunya sorot sinar masuk. Beralih tatapan dari layar, cahaya menilik dari…

  • Pantai, Laut, dan Bantal Pasir

    Andai, jika, kalau, misal, umpama—kamu membayang perihal alternatif. Tapi kamu tahu, kamu tak bisa menukar bantal baru, sebab kamu sudah punya. Dan kamu masih peluk itu sambil membayang lepas dalam dasar laut. I Sebelumnya, kamu jarang menyentuh laut. Mungkin pernah, hanya saja mengambang di permukaan. Tidak berenang, menyelam, dan tenggelam. Tubuhmu ringan seperti kapas, kurasa.…

  • Angka

    “Angka itu mengerikan.” Hoseok rebahkan kepala beralas buku tebal, tercantum rumus-rumus serta variasi soal dan jawaban. Matanya menutup, hela napas panjang setelah banyak angka di jam dinding terlewati. Menekan pena rima seperti tetes air keran di wastafel, penghapus jaga keseimbangan di pinggir meja, kotak pensil kain diwarnai arang pucuk pensil, dan kertas catatannya serap tinta…

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai