Putih

Perihal sambat saya tentang putih.

Hari ini, saya mendapat gaun putih. Gaunnya sedikit panjang sebab kainnya menyentuh dasar hingga sebagian punggung kaki saya tertutup. Warnanya cantik sekali, putih bersih. Bukan putih tulang ataupun putih susu. Di bahu, ada selendang bergelayut warna putih—tidak kalah cantik dengan putih milik gaun.

Melihat gaun ini, saya jadi ingat segala sesuatu yang putih.


|


Seragam sekolah saya sebagian besar berwarna putih. Awal-awal setelah dijahit, warnanya putih bersih. Sejak saya memakainya setiap hari untuk sekolah, lama kelamaan warnanya tidak putih bersih lagi. Ada kusam dari almari agak reyot di kamar saya yang letaknya di ujung lorong. Ada noda dari tumpahan minuman atau ceceran makanan. Ada corak dari cat akrilik dan watercolour saat melukis.


|

Dulu, di kelas saya saat sekolah dasar, ada kapur berwarna putih. Jika disentuh, rasanya seperti bedak. Bubuk-bubuknya menempel pada ujung jemari. Saya suka suara yang berasal dari gesekan antara kapur dan papan tulis. Tuk tuk tuk, seperti ketukan pada pintu—atau mungkin sepatu hak tinggi berjalan. Sayangnya, kapur cepat habis dan berubah bentuk jika digunakan di sisi berbeda.  Kapur itu juga rapuh seperti kaca, jika jatuh bisa patah. Saya berhati-hati saat menggunakannya.


|


Dulu saat sekolah dasar, di ruangan multimedia, ada sebuah kerangka. Kerangka satu badan yang terbuat dari plastik dan sering digunakan untuk pembelajaran. Tengkorak, tulang rusuk, tulang ekor, tulang hasta, tulang pengumpil, dan masih banyak tulang-tulang lainnya yang jika saya sebutkan akan sepanjang penggaris 100 senti. Waktu itu, saya suka sekali akan bentuknya menyerupai kerangka manusia (memang ini imitasinya, wahai saya). Berpikir sejenak, kemudian menamainya Luna—berasal dari Bahasa Yunani yang berarti bulan. Entah kenapa dulu saya suka sekali dengan nama Luna. Jadi, saya sematkan nama itu kepada si kerangka dan hingga lulus, saya memanggilnya Luna.


|


Dulu saat sekolah dasar, saya sering pulang menggunakan angkot merah. Pernah juga berjalan kaki sebab tidak ada angkot merah melalui sepanjang jalan menuju rumah. Sepanjang perjalanan, di dalam angkot maupun trotoar, saya melihat asap-asap berwarna putih: dari kendaraan lalu-lalang, dari asap rokok, dari debu jalan. Hm, mungkin lebih tepatnya putih sedikit abu. Ketika tiba di rumah, putih berubah menjadi uap: uap air panas di kamar mandi, uap masakan yang baru saja matang, uap minuman panas. Oh, dan juga busa-busa yang lembutnya melebihi sutra dari hasil akumulasi air dengan sabun cair putih di kamar mandi.


|


Setelah pulang sekolah, saya segera menuju kamar. Letaknya di paling ujung, luas dibatasi dinding putih. Saat musim panas, udaranya sejuk. Saat musim dingin, udaranya dingin sekali. Ada kipas kecil di atas almari besar agak reyot berhadapan dengan kasur berseprai katun lebar. Mungkin ini karena persepsi yang diungkapkan oleh serebrum saya, sebab warna putih itu polos—yang menurut saya membuat kesan sejuk pada kamar saya yang letaknya di ujung lorong.


|


Saya suka makanan manis. Apa saja, yang penting manis. Tidak berlebih. Saya sering menyentuh toples oranye transparan berisi gula pasir. Biasanya saya tambahkan ke dalam saos pedas manis buatan saya, roti-roti dan dessert, serta minuman berupa: berkafein, jus, smoothie, dan jarang-jarang air mineral hangat. Saya pernah dengar, katanya minum air mineral hangat dikasih gula akan menambah energi, tapi entah mengapa saya merasa seperti biasa. Tidak ada yang berubah.


|


Saya suka makanan asin. Apa saja, yang penting asin. Tidak berlebih. Saya sering menyentuh toples hijau transparan berisi garam. Biasanya saya tambahkan ke makanan yang digoreng: telur, gimmari, ayam krispi, bakwan, dan masih banyak gorengan lainnya. Makanan panggang juga bisa: roti isi sosis, pizza, lasagna, dan sejenisnya. Rasa makanan seperti itu gurih, jadi saya tambahkan garam sebagai pelengkap (Ah, benar juga. Saya menabur garam untuk makanan gurih versi singkatnya).


|


Sebelum tidur, saya sering minum susu. Susu UHT, yang kemasannya karton, biasanya ditaruh di lemari pendingin besar. Saya pernah melihat sebuah kartun di televisi, ada sebuah karakter minum dua gelas susu sebelum tidur. Dari situ, saya mengikuti kegiatan minum susu sebelum tidur. Dan benar, kata Pak Guru, dianjurkan untuk minum susu sebelum tidur. Saya belum mencari tahu lebih soal hal ini, mungkin saya akan mencarinya di internet nanti.

Saya suka susu apa saja. Susu pasteurisasi, susu UHT, maupun susu kental manis (apa ini masih bisa disebut susu?) Saya juga suka berbagai olahan dari susu: es krim, gelato, roti, panekuk, omelet, sup krim. Saya suka susu dingin dan susu hangat. Ketika dingin, saya meminumnya tanpa apa-apa. Ketika panas, sering saya tambahkan bubuk cokelat ataupun gula pasir.


|


Dulu, saat saya menjadi anak TK dan SD, saya rajin menggosok gigi. Katanya supaya tidak berlubang dan tetap bersih. Namun, tetap saja gigi saya berlubang (paling sering gigi geraham). Gigi saya kuning. Saya iri dengan orang yang bergigi putih. Saya pernah baca sebuah artikel di internet. Ternyata gigi kuning tidak seburuk yang saya kira. Saya bersyukur, tentu saja. Tapi saya tetap berkeinginan mempunyai gigi putih suatu saat nanti. (Dan saya masih menggosok gigi sebelum tidur dan pagi sebelum mandi).


|


Hal putih yang belum saya rasakan adalah salju. Sering saat malam, saat badan saya telentang di atas kasur lebar, saya membayangkan berada di atas tumpukan salju. Salju yang selalu saya lihat di film-film. Salju yang dingin. Salju yang saya anggap halus. Salju yang putih. Salju yang terselip kristal-kristal bening yang bentuknya simetris dan unik. Salju yang hanya saya bisa temukan di luar Indonesia (katanya ada salju di Pegunungan Jayawijaya, tapi saya belum pernah ke sana). Saya harap bisa menyentuh salju yang saya bayangkan itu, yang saya anggap itu.


|


Ketika saya mengetik perihal sambat saya tentang putih di catatan elektronik pada gawai saya, huruf-hurufnya berwarna putih, sebab latar belakangnya berwarna hitam. Seperti lubang hitam yang infiniti. Mungkin saat di blog nanti, mereka berganti warna. Si putih menjadi latar belakang dan si hitam menempel pada tiap huruf. (Dan itu adalah pemandangan saya sehari-hari).



a/n : Maaf, saya sambat terlalu banyak T_T

32 tanggapan untuk “Putih”

  1. Tumben kamu menulis sepanjang ini, inipun bukan fanfiksi

    Disukai oleh 1 orang

    1. Maaf, tidak sangka sambatnya sebanyak ini T_T

      Disukai oleh 1 orang

  2. Aku juga suka suara kapur dan papan tulis, Rei. Tuk tuk tuk.

    Disukai oleh 1 orang

    1. wah, asmr kah ka? Hihi :>

      Suka

      1. Hahaha, bukan. Tp itu terdengar lucu dan merdu. Kadangkala guru menulis cepat jadi suaranya seperti lagu.

        Disukai oleh 1 orang

      2. ah, rima kah ka? benar juga ka 😀

        Suka

  3. aku jadi ingat masa SD dulu haha, kalau pulang sekolahnya kadang jalan kaki karena dah kesorean sebab ada jam tambahan, angkotnya jarang banget hihi, hm anu (apa sih ya namanya aku lupa, yg buat kelas 6 itu lho, buat persiapan ujian)

    Disukai oleh 1 orang

    1. wah, sama ka T_T oh, tajam ka?

      Suka

      1. tajam? hshshshsh apa sih namanya ya, aku lupa -_- kan kita kalau kelas 6 harus ada kelas tambahan tuh, kelasnya diisi sama pelajaran khusus buat ujian, itu lho, aku lupa

        Disukai oleh 1 orang

      2. OH, reiran ingat. PM kah ka?

        Suka

      3. PM IYA!!! emg ya? hshs lupa karena aku juga belum ada di kelas akhir :”

        Disukai oleh 1 orang

      4. Iya ka, kalau reiran di SMP disebut tajam 😀

        Suka

  4. aku juga suka makanan asin!!! paling mantap memang hihi

    Disukai oleh 1 orang

    1. Iya, makanan asin itu entah kenapa buat ketagihan :”)

      Suka

      1. betul! kalau asinnya dicampur ada pedasnya juga beuh apalagi itu mah enak pisan T_T

        Disukai oleh 1 orang

      2. Wah (○•○) jadi ingat seblak hshshs :”

        Suka

      3. jadi pingin makan seblak 😳

        Disukai oleh 1 orang

  5. wah, aku kalau sebelum tidur minumnya air putih T_T

    Disukai oleh 1 orang

    1. kalau reiran habis minum susu minum air putih ka 😀

      Suka

      1. rasanya? agak pahit dan hambar gitu gak jadinya? T_T kan habis minum susu, manis (?) terus minum air putih jadi hambar agak gimana gitu :”

        Disukai oleh 1 orang

      2. Iya ka, hambar rasa susu UHT bercampur air putih :”)

        Disukai oleh 1 orang

  6. rajin gosok gigi dan jangan sering makan makanan manis :”

    Disukai oleh 1 orang

  7. e-eh tulisan di bagian terakhirnya T_T hshs

    Disukai oleh 1 orang

      1. yang terakhir pokoknya ..

        Disukai oleh 1 orang

      2. Oh, yang bagian sambat kah ka?

        Suka

      3. Memang kenapa ka? Hihi :>

        Suka

      4. enggak tahu :” aku suka aja sama yang itu :”D

        Suka

      5. penjabarannya bagus :”)

        Suka

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai