|
Mengajakmu adalah hal susah. itu karena kamu terlalu patuh dan tidak membangkang sedikitpun. Padahal, kalau aku jadi kamu, sudah kuputus garis itu dan lari seperti pencuri yang kabur. Persetan orang-orang, aku sudah muak dengan kotak. Setidaknya biarkan aku berenang dalam bentuk tak beraturan seperti dunia yang selalu jadi cuitan mereka tiap sekon.
Kenapa wajahmu berubah masam bak cuka dapur? Kamu takut, atau apa? Aku berusaha mengulurkan kebebasan dan kamu malah menolaknya.
Kalau begitu, aku tarik paksa saja dirimu.
Besok? Tidak perlu dipikirkan. Kita gelar pesta pora, menggusur semua beban dalam kepala dan berteriak sepuasnya di langit luas. Tidak ada rantai yang batasi dinamika kobaran jiwa memaksa keluar berharap hirup sejumlah kebebasan cuma-cuma.
Kamu bisa makan mie pinggir jalan tanpa peduli debu-debu dari kendaraan mondar-mandir, berlari di pedestrian mengabaikan keramaian dan berbaring di atas padang rumput dekat jembatan sambil merekam kejadian matahari menjauh dari lengkung langit di bukit jauh sana.
Kemudian, kita akan meringkuk menangis bersama pada penghujung hari di sudut kamarmu yang lembap.
Tinggalkan komentar